Selasa, 03 Maret 2015

MAKNA SIGER SAIBATIN


Seperti yang dilihat pada gambar disamping bahwa siger pada suku Lampung yang beradatkan saibatin memiliki lekuk tujuh dan dengan hiasan batang/pohon sekala di masing-masing lekuknya, ini memiki makna ada tujuh adok/gelar pada masyarakat pesisir yaitu Suttan/dalom, Raja jukuan/dipati, Batin, Radin, Minak, Kimas dan Mas/inton, gelar/adok ini hanya dapat digunakan oleh keturunan lurus saja, dengan kata lain masih kental dengan nuansa kerajaan, dimana kalau bukan anak raja dia tidak berhak menggunakan gelar/adok raja begitu juga dengan gelar/adok lainnya. 

Rumah Gadang Pagaruyung yang berlukuk tujuh.
Sedangkan bentuknya, siger saibatin sangan mirip dengan Rumah Gadang kerajaan Pagaruyung seperti Istano Si Linduang Bulan, yaitu rumah pusaka dari keluarga besar ahli waris dari keturunan Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung dan juga Museum Adityawarman di daerah Minangkabau, provinsi Sumatra Barat. Karena itulah maka adat budaya Lampung saibatin mendapat pengaruh dari kerajaan Pagaruyung, hal ini sangat berkaitan dengan sejarah berdirinya Paksi Pak Sekala Bekhak (Buay Bejalan Diway, Buay Pernong, Buay Nyerupa dan Buay Belunguh), dimana pada masa masuknya islam di daerah lampung pada masa kerajaan di tanah sekala bekhak, mendapat pengaruh dari kerajaan pagaruyung yang di sebarkan oleh Ratu Ngegalang Paksi. Selain itu banyak kesamaan antara adat saibatin dengan adat pagaruyung seperti pada saat melangsungkan pernikahan, tata cara dan alat yang digunakan banyak kemiripan. 

Sigokh pada suku Lampung yang beradatkan Saibatin memiliki lekuk tujuh dan dengan hiasan batang/pohon Sekala pada masing masing lekuknya, ini memiki makna ada tujuh Adoq [Gelar] pada Masyarakat Adat Saibatin yaitu Suttan/Dalom/Pangeran [Kepaksian/Marga], Raja Jukuan/Depati, Batin, Radin, Minak, Kimas dan Mas/Itton. Adoq ini hanya dapat digunakan oleh keturunan lurus saja, dengan kata lain masih kental dengan nuansa kerajaan, dimana kalau bukan anak raja dia tidak berhak menggunakan Adoq Raja begitu juga dengan Adoq lainnya. Sedangkan bentuknya Sigokh Saibatin juga mirip dengan Rumah Gadang pada Kerajaan Pagaruyung seperti Istano Si Linduang Bulan, yaitu rumah pusaka dari keluarga besar ahli waris dari keturunan Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung dan juga Museum Adityawarman di daerah Minangkabau Sumatera Barat.
 
Tari Sembah, salah satu tarian adat khas lampung.

Hal ini disebabkan karena Adat Budaya Lampung Saibatin mendapat pengaruh dari Kerajaan Pagaruyung, ini sangat berkaitan dengan sejarah berdirinya Paksi Pak Sekala Bekhak [Paksi Bejalan Di Way, Paksi Pernong, Paksi Nyerupa dan Paksi Belunguh], keempat Kepaksian ini berdiri setelah kedatangan Umpu Belunguh atau pada lima generasi sejak berdirinya ketiga Jurai yang lain. Kedatangan para Umpu ke Sekala Bekhak tidaklah bersamaan, baru pada masa kedatangan terakhir Umpu Belunguh ini Agama Islam menjadi Agama resmi di Sekala Bekhak. Paksi Pak Sekala Bekhak mengangkat saudara seorang Nabbai yang dikasihi yaitu  Buway Bulan beserta dengan Buway Benyata/Anak Mentuha di Luas. Dimana pada masa masuknya Islam di daerah Lampung pada masa kerajaan di tanah Sekala Bekhak, mendapat pengaruh dari Kerajaan Pagaruyung yang di sebarkan oleh Ratu Ngegalang Paksi. Selain itu banyak kesamaan antara adat Saibatin dengan adat Pagaruyung seperti pada saat melangsungkan pernikahan, tata cara dan alat yang digunakan banyak kemiripan. Walau memiliki lekuk tujuh yang ujungnya mirip dengan Rumah Gadang namun demikian pada setiap lekuk Sigokh dihiasi dengan batang Sekala.